Teori
belajar kognitif ini memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan
maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama
dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta
didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh
mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal
melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan
guru menurut teori belajar kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi
kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi yang ada pada setiap
peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan
di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran
yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Pengetahuan
tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon
guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa
pengetahuan tentang kognitif peserta didik guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya
kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses
belajar mengajar antara guru dengan peserta didik.
Dalam penerapan teori belajar kognitif, kebebasan
dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar amat
diperhitungkan agar aktivitas belajar menjadi lebih bermakna bagi siswa. Prinsip-prinsip belajar yang dianut
adalah berikut ini:
1. Siswa
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu sampai mencapai
kematangan kognitif seperti orang dewasa.
2. Pembelajaran perlu dirancang agar sesuai dengan
perkembangan kognitif siswa.
3. Agar proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi, siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam belajar.
4. Pengalaman atau informasi baru perlu dikaitkan
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa untuk menarik minat dan
meningkatkan retensi.
5. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada
belajar menghafal.
6. Perbedaan
individual antarsiswa perlu diperhatikan dalam rangka mencapai keberhasilan
belajar.
Tokoh-Tokoh Teori
Belajar Kognitif
1.
Piaget
Menurut
Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Menurut
Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:
(1) Sensory-motor (sensori-motor 0 sampai < 2 tahun)
Selama
perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2
tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif dalam
arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan
tidak penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan intelegensi
dasar yang amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi
tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.
(2) Pre operational (praoperasional 2 sampai < 7 tahun)
Perkembangan
ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah memiliki
penguasaan sempurna mengenai objek
permanence, artinya
anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada
atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak
dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan terhadap eksistensi benda
tersebut berbeda dari pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak lagi
bergantung pada pengamatan belaka.
(3) Concrete operational (konkret-operasional 7 sampai < 11 tahun)
Dalam
periode konkret operasional ini belangsung hingga usia menjelang remaja,
kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan kemampuan yang disebut sistem of
operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemmikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu dalam sistem
pemikirannya sendiri.
(4) Formal operational (formal-operasional 11 sampai < 15 tahun)
Dalam
perkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah menginjak
masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan daapat mengatasi masalah keterbatasan
pemikiran. Dalam pperkembangan kognitif akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan
dua ragam kemampuan kognitif, yakni: a. kapasitas menggunakan hipotesis, b.
kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Menurut Jean
Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a.
Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah
mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian,
maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam
benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang
disebut asimilasi.
b.
Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh,
jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip
perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut
akomodasi.
c.
Equilibrasi (penyeimbangan)
yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar
siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang
bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses
penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.
2.
Ausubel
David Ausubel merupakan
salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan
belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Ausubel
mengidentifikasikan empat kemungkinan tipebelajar, yaitu :
1) belajar dengan
penemuan yang bermakna,
2) belajar dengan
ceramah yang bermakna,
3) belajar dengan
penemuan yang tidak bermakna, dan
4) belajar dengan
ceramah yang tidak bermakna.
Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan
dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan
informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
3.
Bruner
Dalam teori
belajar, Jerome
Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar
akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga
tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1) tahap
informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman baru,
2) tahap
transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan
menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil
tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Menurut
Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan
oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:
1. Tahap
enaktif, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan
motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2. Tahap
ikonik, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3.
Tahap simbolik, dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika,
matematika, dan sebagainya.
Tujuan pendidikan menurut teori belajar
kognitif adalah :
·
Menghasilkan individu atau anak yang memiliki
kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
·
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta didik.
·
Latihan memecahkan masalah seringkali
dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan
sehari-hari
·
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan
dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
· Guru
hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi
yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Implikasi teori perkembangan
kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir
anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih
baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak
agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari
anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak
belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Sumber:
http://www.sekolahdasar.net/2011/03/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html#ixzz29W9HE9oV
http://e-multicenter.blogspot.com/2012/01/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya.html
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/14/teori-belajar-kognitif-dan-aspek-perkembangan-kognitif-menurut-piaget/
http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/tokoh-tokoh-teori-belajar-kognitif.html
http://binderpuja.blogspot.com/2010/10/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya.htm
http://www.sekolahdasar.net/2011/03/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html#ixzz29W9HE9oV
http://e-multicenter.blogspot.com/2012/01/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya.html
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/14/teori-belajar-kognitif-dan-aspek-perkembangan-kognitif-menurut-piaget/
http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/tokoh-tokoh-teori-belajar-kognitif.html
http://binderpuja.blogspot.com/2010/10/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya.htm